| |

MBS Bincang Kurikulum PEMBINA: Worldview Islam dan Barat – Ismail al-‘Alam

Setelah dua tahun diadakan secara daring, Majelis Bentala Syuhada (MBS) kembali dilaksanakan secara luring pada Sabtu (5/6). Selama bulan Juni-Juli 2022, MBS mengambil tema Bincang Kurikulum Pesantren Mahasiswa Bentala Insan Adabi (PEMBINA).

Worldview Islam dan Barat menjadi materi pertama dalam rentetan Bedah Kurikulum PEMBINA. Materi ini disampaikan oleh Ismail Al-‘Alam, S.Fil., Manajer Program Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara.

Apa itu worlview?

Alam membuka pemaparannya dengan mendefinisikan worldview. Immanuel Kant adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah worldview (weltanschaung). Kant menggunakan istilah tersebut untuk menyebut tentang intuisi mengenai dunia yang diperoleh manusia berdasarkan kategori kognitifnya.

Istilah worldview kemudian mulai digunakan oleh para filsuf, sastrawan, dan teolog di Barat akhir abad 19 untuk merujuk pada satu pandangan yang koheren mengenai totalitas dunia. Selanjutnya istilah ini banyak digunakan kaum intelektual, termasuk intelektual Islam di Indonesia. Secara sederhana, worldview adalah cara pandang manusia terhadap realitas.

Mengapa Mempelajari Worldview Islam dan Barat

Syed Muhammad Naquib Al-Attas meminjam istilah worldview untuk menjelaskan pandangan Islam tentang kebenaran dan hakikat. Alam menegaskan bahwa belajar worldview sangat relevan untuk melihat kebenaran segala sesuatu agar seorang Muslim dapat menakar kebenarannya.

Menurut Al-Attas, wujud berbeda dari kawn dan haqiqah dari waqi’iyyah. Waqi’iyyah hanyalah merupakan fakta atau kejadian sehari-hari yang tidak bisa menjadi ukuran kebenaran. Oleh karenanya dalam menakar kebenaran, haqiqahlah yang dijadikan patokan.

Lebih lanjut, worldview berbeda dengan ideologi Islam. Sayangnya masyarakat secara umum terpaku pada perdebatan Islam secara ideologis.

Worldview Barat di mana Sekukarisme sebagai program filosofis menjadi “jiwa”-nya sudah merasuk ke seluruh bangunan ilmu pengetahuan yang kerapkali dianggap bebas nilai. Hal ini masih belum disadari oleh kaum Muslimin, bahkan oleh yang menolak sekularisme itu sendiri.

Belajar worldview menjadikan seseorang tidak terkena xenofobia. Saat ini studi terhadap Barat acap kali menjadikan subjeknya menjadi xenofobik, salah paham terhadap Barat, bahkan sangat anti Barat. Ungkap Alam, “Saya ingin kita mempelajari worldview Islam agar adil dan tegas dalam memberi penilaian”.

Kurikulum dan Bacaan

Alam kemudian memaparkan kurikulum dan bahan bacaan. Kelas worldview terdiri dari worldview 1 sampai worldview 4. Buku-buku Prof. Al-Attas menjadi rujukan utama dalam mata kuliah ini.

Disamping merujuk buku-buku Prof Al-Attas, kelas worldview juga akan merujuk fragmen-fragmen pada buku-buku yang mengusung sekularisasi seperti The Secular City karya Harvey Cox dan Religion and Human Evolutiom karya Robert N. Bellah.

Selain buku-buku di atas, karya-karya dari kalangan kaum Muslimin pun akam dirujuk seperti Islam karya Fazlur Rahman, Makalah Keharusan Pembaruan dan Masalah Integrasi umat karya Nurcholis Madjid, dan artikel Pribumisasi Islam karya Abdurrahman Wahid.

Karya-karya di atas dirujuk karena merupakan tokoh terdepan dan berpengaruh dalam proses sekularisasi. Membaca langsung teks-teks utama sangat diperlukan agar tahu betul ide yang digagas.

Worldview Barat

Mata kuliah worldview Barat dilaksanakan sekali dalam sebulan. Pada mata kuliah ini, para santri akan mempelajari Fillsafat Barat mulai Filsafat Yunani sampai Filsafat Kontemporer. Selain itu Kritik Ideologi dan Cultural Studies juga dipelajari pada mata kuliah ini. Pemikiran sosial di Indonesia juga menjadi mata kuliah pilihan.

Lebih lanjut, Alam menyampaikan relvansi mempelajari worldview. Mata kuliah ini bertujuan untuk menyediakan pemahaman dasar mengenai worldview Islam dan Barat serta memberikan kemampuan analisis terhadal konsep-konsep kunci dalam worldview Islam dan Barat disertai kemampuan memperbandingkannya.

Bedah kurikulum kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama para peserta.

Alvin, salah satu peserta, bertanya “Bagaimana cara worldview Islam digunakan untuk membaca realitas yang sangat multikultural?”

Pertanyaan selanjutnya dari Albar Rahman, “Apakah kajian ini berdampak baik langsung atau tidak langsung untuk membentuk generasi ulul albab?”

“Di Bentala kami mengusahakan untuk mencapai kualitas itu. Oleh karenanya di Bentala tidak hanya ditekankan kematangan intelektual, melainkan juga spiritual.” Jelas Alam.

Di akhir forum, Alam menyampaikan dengan belajar worldview umat Islam akan lebih menyatu, tidak terjebak pada perdebatan remeh temeh. Mempelajari worldview, khususnya worldview Islam, akan menjadikan seseorang lebih memandang aspek yang menyatukan daripada yang membedakan.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.